buy tb500
 
-

Ekologi dari perspektif ideologi

Posted by squattingalgea on Dec 18, 2020 in ARTIKEL

Sikap dasar manusia terhadap lingkungan merupakan ciri khas seluruh perekonomian modern maupun sikap manusia dalam hidup sehari-hari.

Baik ekonomi kapitalisme maupun sosialisme secara hakiki merusak lingkungan. Dalam ekonomi kapitalistik tujuan produksi adalah laba perusahaan.  Laba menjamin bahwa sebuah perusahaan dapat mempertahankan diri dalam alam persaingan bebas.
.
Untuk meningkatkan laba, biaya produksi perlu ditekan serendah mungkin. Oleh karena itu ekonomi modern condong mengeksploitasi kekayaan alam dengan semurah mungkin.  dengan sekedar mengambil, dengan menggali dan membongkar apa yang diperlukan, tanpa memikirkan akibat bagi alam sendiri dan tanpa usaha untuk memulihkan ke keadaan semula.  Begitu pula asap, pelbagai substansi kimiawi yang beracun dan segala bentuk sampah lain dibuang dengan biaya semurah mungkin. dibuang ke tempat pembuangan sampah, dibuang ke aliran sungai, dihembuskan melalui cerobong-cerobong ke dalam atmosfer. Mengolah sampah sampai racunnya hilang dan sampai dapat dipergunakan kembali hanya akan menambah biaya. Jadi kalau proses produksi dibiarkan berjalan menurut mekanisme ekonomisnya sendiri, alam dan lingkungan hidup manusia akan semakin rusak.
.
Dalam kenyataan, tekno-ekonomi, sosialis-komunis menyebabkan kerusakan lingkungan yang jauh lebih parah lagi. Apa sebabnya?

Ekonomi kapitalistik sekurang-kurangnya mempunyai satu keunggulan terhadap ekonomi sosialis. Kebanyakan mereka bekerja dalam alam demokrasi dan oleh karena itu mau tak mau harus memperhatikan tuntutan masyarakat. Kapitalisme dalam sejarah muncul sebagai lebih responsive terhadap pelbagai tekanan. Maka mereka tidak dapat begitu saja mengotori dan merusak lingkungan.

Sedangkan sosialisme selalu direalisasikan dibawah rezim diktator yang tidak peduli pada pendapat masyarakat. Masyarakat tidak berani mengajukan protes. Oleh karenanya industrialisasi dipaksakan tanpa perhatian pada kesehatan masyarakat. Akibat-akibatnya baru diketahui sekarang. Untuk membersihkan kembali air, tanah, danau-danau, serta untuk membangun kembali hutan-hutan yang telah hancur akan sangat mahal. Hal itu menjadi peringatan bahwa dosa melawan lingkungan akan ditagih oleh alam dan kemudian akan jauh lebih mahal dibayar kembali daripada kalau sejak semula alam dipikul dan memikul penghuninya. .
Kelihatanlah bahwa alasan paling dalam di belakang pola ekonomi modern yang merusak, baik yang kapitalis maupun yang sosialis, terdapat sebuah ideologi, yaitu ideologi pertumbuhan. Nilai tertinggi ekonomi modern dalam segala bentuknya adalah agar produksi terus bertambah. Ekonomi modern dalam hal ini China tidak memiliki konsep sistem produksi dalam perimbangan. Ideologi pertumbuhan itulah yang membuat manusia terus-menerus mau mencari lebih banyak, lebih jauh, yang membuatnya tidak pernah puas dengan keadaan yang tercapai sehingga alam semakin harus dibongkar, diobrak-abrik untuk menghasilkan lebih banyak bagi kekayaan manusia.
.
Namun, kita jangan hanya mempersalahkan perusahaan-perusahaan besar-kecil. Masyarakat pun, dalam kehidupan sehari-hari, tidak lebih baik sikapnya terhadap lingkungan. Dengan seenaknya pohon ditebang, bunga di alam dipotong, sampah dibuang ke sungai, kotoran ditinggalkan berserakan di tempat piknik,gunung dan hutan, mandi disungainya pake sabun, odol, samphoo yg kandungan kimia berbahayanya akan sulit direduksi oleh air sungai. tempat masyarakat didesa minum.
.
Yang belum masuk ke dalam hitungan, atau perencanan masyarakat dewasa ini, adalah, dampak ulahnya bagi generasi yang akan datang. Setiap perusakan dan peracunan wilayah tidak dapat dipulihkan kembali, berarti menggerogoti dasar-dasar kelestarian alam dan lingkungan kehidupan generasi yang akan datang.

Kalau masyarakat tidak mau merusak dasar-dasar eksistensinya sendiri, ia harus berubah. Tetapi perubahan tersebut tidak cukup didasari pada pertimbangan pragmatis. Perlu dikembangkan suatu sikap dan kesadaran baru manusia tentang alam sebagai lingkungan kehidupannya, tentang hubungannya dengan alam dan lingkungannya, dan tentang tanggung-jawabnya terhadap kelestarian lingkungan hidupnya.

Gambar Danau Aral yang lebih dikenal sebagai Laut Aral yang mengering.
Luas Danau ini setengah ukurang pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki luas 128.297 km²
sedangkan Laut Aral memiliki luas 68.000 km².
Danau ini mengering akibat kebijakan pemerintah Komunis Uni Sovyet.
Menurut para ahli, kekeringan Laut Aral adalah bencana ekologis terparah yang pernah terjadi akibat ulah manusia.

Copyright © 2024 LITERASI TROTOAR. Design by Laptop Geek for and R*.